Ronni Yenes, Doktor Muda Asal Agam

 

Ronni Yennes, peraih gelar Doktor usia muda asal Agam

Laporan Depitriadi, AMCNews – Lubuk Basung

Banyak cara yang bisa dilakukan kaum muda dalam mengisi kemerdekaan. Salah satunya dengan menekuni satu bidang keahlian. Seperti yang ditunjukkan Ronni Yenes, pemuda asal Surau Kariang, Lubuk Basung, Kabupaten Agam ini.

Di usia yang terbilang masih muda, Ronni begitu ia akrab disapa, berhasil menyematkan gelar Doktor (Dr) di depan namanya yang hanya dua suku kata itu.

Kepada AMC Ronni bercerita ihwal jenjang pendidikan yang telah ditempuh. Awalnya Ronni menempuh pendidikan strata satu (S1) di Jurusan Kepelatihan Olahraga di Universitas Negeri Padang (UNP).

Tak hanya sampai di Strata Satu, Ronni melanjutkan studinya dengan mengambil Program Magister Manajemen Pendidikan Olahraga di kampus yang sama.

Walaupun gelar magister sudah disematkan, Ronni tak lantas berhenti. Dirinya masih termotivasi dan bersemangat untuk menuntut ilmu ke jenjang selanjutnya yakni pendidikan doctoral di Universitas Negeri Jakarta (UNJ).

Pria yang lahir 35 tahun silam dari pasangan Syafruddin dan Yenni Frianty ini, berhasil meraih gelar doktor dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) pada usia 33 tahun. Ronni meraih gelar doktor dalam kurun waktu empat tahun.

Dikatakan Ronni, kecintaannya terhadap olah raga juga menjadi motivasinya untuk menamatkan pendidikan doktor. Bahkan, dalam masa kuliah dirinya pun didapuk menjadi pebasket yang mewakili Sumatera Barat di Pekan Olahraga Nasional (PON) di Kalimantan Selatan.

Kecintaanya terhadap dunia pendidikan dan olahraga sekaligus mengantarkannya sebagai Ketua Umum Persatuan Basket Indonesia (Perbasi) Sumatera Barat. Tidak hanya itu, ia juga dipercaya sebagai pengurus pusat Perbasi di bidang Iptek.

“Bahkan dulu saya pernah bermain di Kobatama dengan Klub Analisa Medan di tahun 2008,” kenang Ronni.

Ronni menyibak kunci keberhasilannya dalam meraih gelar yang kerap menjadi keinginan sebagian besar kaum muda itu. Baginya, mencintai negara tidak hanya berjuang di medan perang, namun juga bisa dilakukan dengan melakukan apa yang menjadi passion.

“Selagi masih muda, banyak hal positif yang bisa kita lakukan, intinya fokus dan nawaitu yang lurus,” ujarnya, Selasa (27/10).

Menurut pemuda yang sempat bercita-cita menjadi dokter ini, kesuksesan itu hanya dapat diraih dengan komitmen dan konsistensi. Baginya, niat yang baik akan membawa seseorang kepada kehidupan yang lebih baik pula.

“Jika fokus dalam mengerjakan sesuatu Insha Allah akan tercapai, nikmati setiap prosesnya, hidup akan menggiring kita ke tempat seharusnya kita berada,” kata Ronni.

Bagi Ronni pendidikan adalah fondasi dari segala hal. Tanpa pendidikan, generasi muda akan kehilangan arah dalam menjalankan peranan sebagai penerus bangsa. Untuk itu, dirinya memilih memfokuskan diri dalam dunia pendidikan sebagai bentuk sumbangsih terhadap peradaban bangsa.

“Sehingga momen sumpah pemuda ini, bisa menjadi pengingat bagi generasi muda akan peranannya, terpenting jangan sesekali melupakan sejarah,” pungkasnya.

Kepada generasi muda, Ronni berharap agar peringatan hari sumpah pemuda tidak sekadar dimaknai sebagai perayaan seremonial tanpa arti. Menurutnya, sumpah pemuda merupakan komitmen penegasan cita-cita kesatuan yang dituang dalam ikrar seruan bersatu.

“Setidaknya lakukan suatu hal yang kita sukai dengan fokus, dan niatkan apa yang kita lakukan sebagai ikrar untuk menuju kehidupan yang lebih baik,” ujar Ronni. (Depit)